Tuesday, January 10, 2017

Tiarap

Dulu ya, dulu nih ceritanya medio 2006-2010an, setidaknya masih ada sedikit mahasiswa yang sensitif dengan penindasan yang dilakukan penguasa, jadi jika jalan-jalan ke Bandung, setidaknya hampir tiap harilah gedung Sate itu kedatangan mahasiswa dari pelbagai elemen, mau itu dari sekte sangat kiri, tengah sampai kanan sekalipun. Dengan yel-yel yang berbeda. Bendera yang berwarna warni.



Beragam isu yang mereka bawa, bermacam hal yang mereka advokasi. Bandung yang dingin di pagi hari dan mulai panas saat siang, seakan akrab sekali dengan mereka. Rengkuhan kota perjuangan, mungkin mendidik mereka untuk selalu sensitif terhadap persoalan rakyat. Sadar, bagaimanapun, Bandung adalah termometer, eh, salah satu barometer perjuangan pergerakan mahasiswa Indonesia, selain Jakarta dan Jogja.

Tak jarang aksi yang dilakukan gabungan, kiri melebur dengan kanan, kanan yang sedikit kiripun kadang bergabung dengan kanan yang cenderung ke tengah. Persoalan rebut-rebutan kader di kampus untuk sementara bisalah dikopromikan untuk sementara, agar hajat rakyat, sampai ada solusinya.

Hubungan dengan aparat kepolisian pun pasang surut. Kadang dorong-dorongan menghasilkan bentrokan yang bikin benjol. Kadang, air minum kemasan dari aparat keamanan akhirnya terminum juga, sekalipun korlap melarangnya.

Eh, itu dulu ya. Ga tau kalau sekarang.

No comments:

Post a Comment