Saturday, March 28, 2015

Surat Terbuka Kepada Penggiat Media Massa (Wartawan, Redaktur, Pemilik Media Massa)



Sumber: suarapapua.com

Sejarah mencatat, setiap perjuangan melawan kedzaliman dan kelaliman pemerintah, media massa adalah instrument independen yang memberitakan setiap detil dari kabar dan berita agar rakyat sadar dan api perjuangan tetap menyala. 1928, 1945, 1966, 1980, 1998 adalah angka yang menunjukkan betapa perjuangan media massa menghasilkan kebaikan untuk rakyat banyak. Independensi dan loyalitas media massa begitu kuat dan mengakar membela kepentingan rakyat, sekalipun harus diobrak-abrik kantor redaksi, sekalipun harus diculik wartawan dan redakturnya. Penggiat media massa adalah pahlawan kala itu. Menjadi corong terdepan dalam menyuarakan kebenaran.

Waktu bergulir, zaman terus berubah, kebutuhan terus bertambah dan hasrat mungkin sudah mulai susah dibendung. Kehidupan memang terus berputar, godaan materi tentu makin dahsyat. Siapa yang tak ingin kaya? Siapa yang tak mau memiliki harta berlimpah? Logika ini tentu sudah merasuki semua profesi. Hampir semua orang tak mau hanya menjadi “kudo palajang bukik”. Profesi jurnalistik tak lepas dari godaan serupa. Pelan-pelan streotip “kuli tinta hitam” mulai dihilangkan. Memang kehidupan menjadi penggiat media massa tak selalu dapat kesejahteraan. Sekarang sudah banyak jalan pintas yang bisa digunakan untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Mulai dari menjadi broker kasus, menodong pelaku criminal untuk bisa diambil mamfaat logistic oleh mereka, sampai menjadi bagian dari timses calon kepala daerah bahkan calon presiden bisa dilakukan untuk mendapatkan kesejahteraan itu.

Sumber: okezone.com


Hari ini, kebohongan demi kebohongan yang dilakukan oleh rezim makin menjadi-jadi. Harga BBM dinaikkan, sembako mulai melangit harganya. Kepastian hukum makin tak jelas di negeri ini. Hukum tajam ke bawah, namun tumpul ke atas. Hingga akhirnya, mahasiswa, partner perjuangan para penggiat media massa turun ke jalan. Namun sayangnya, seakan-akan adanya kongkalikong antara penggiat media massa dengan rezim untuk tidak memberitakan setiap aksi demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa tersebut. Ada apa ini? Pilar demokrasi ke – 4 sudah mulai berkhianat terhadap rakyat?

Pertanyaannya, apakah demi kesejahteraan yang secuil itu, para penggiat media massa menjual idealismenya? Sudah tak lagi mau berkoalisi dengan mahasiswa dan rakyat kecil? Media massa akan menjadi kunci penting dari kehancuran bangsa ini jika kondisi seperti ini dibiarkan berlarut-larut.

Kita berharap para penggiat media massa melakukan tobat nasuha. Minta ampun dan kembali ke jalan yang benar. Bangkit bersama rakyat dan mahasiswa untuk menyuarakan kembali kebenaran, mengungkap setiap kebohongan demi kebohongan yang dilakukan oleh rezim yang sarat akan pencitraan ini.

Sumber: medialink.or.id

Tulisan ini diperuntukkan kepada penggiat media massa yang tertutup hati nuraninya, bukan kepada yang tetap berpeluh-peluh di jalanan mencatat berita untuk diterbitkan. 


No comments:

Post a Comment