Thursday, February 19, 2015

Menggagas Kemandirian Komsat & Kamda


KAMMI merupakan salah satu organisasi yang memiliki agenda gerakan yang sangat padat, mulai dari dauroh-dauroh, kajian pekanan atau bulanan, diskusi antar gerakan, aksi jalanan, gerakan pemberdayaan masyarakat, dan banyak lainnya. Tentu, setiap agenda tersebut memiliki daya serap logistik yang tak terkira, apalagi KAMMI bukanlah organisasi berorientasi profit, KAMMI adalah organisasi Nirlaba, yang mana anggotanya tak digaji bergerak di organisasi ini. Seringkali persoalan pendanaan menjadi kasus besar di organisasi ini. Mungkin kebanyakan dari anggota KAMMI masih mengandalkan sumber-sumber konvensional seperti pengajuan proposal kepada instansi pemerintah atau swasta, kepada alumni, kegiatan survey mengsurvey, menjadi EO kegiatan, sehingga jika dana tersebut tidak terkumpul dengan baik, bisa jadi agenda yang sedang ditargetkan berjalan bisa mangkrak seperti Monorail di Jakarta. 



Tersebab hal itu, harus ada solusi untuk persoalan ini. Pertama, membudayakan iuran pekanan bagi semua kader, nilainya disepakati saja, bisa Rp. 1.000,-, bisa Rp. 5.000,- per pekan, tren yang ada sulit sekali bendahara untuk mengumpulkan iuran tersebut, mungkin memang sedang tak punya uang, atau malah memang jiwa tadhiyah (berkorban) di dalam jiwa kader KAMMI sudah mulai hilang. Tradisi, “Gerakan KAMMI, Kantong KAMMI”, nampaknya sudah mulai mengirap dari organisasi ini. Tradisi harus ditumbuh suburkan kembali.


Kedua, menghidupkan kembali jiwa-jiwa dagang dari kader KAMMI, kita tahu 9 dari 10 pintu rezeki berasal dari berdagang. Bergerak di bidang apapun, apakah jualan makanan, buka usaha percetakan bersama, bikin warung kopi KAMMI, jualan obat herbal, jualan buku dan sebagainya, silahkan diatur saja berapa persenannya buat KAMMI, berapa untuk kader. Saya sendiri punya pengalaman jualan donat dan jualan obat herbal ketika di komisariat dulu. Tidak apa memulai sesuatu yang kecil asakan kontinyu.


Jangan sampai KAMMI tergadaikan gara-gara logistic tergantung kepada orang di luar KAMMI, sehingga KAMMI hanya menjadi “kudo palajang bukik” saja.


Sekian tulisan singkat ini, sebagai bahan renungan bagi saya pribadi, selamat berapimnas di Pekan Baru yang cemerlang, semoga pulang membawa perubahan di masing-masing daerah.


Teluk Belibis, 19 Februari  2015


No comments:

Post a Comment