Sunday, April 3, 2016

Francesco Totii dan Fahri Hamzah

AS Roma hampir dalam dua dekade terakhir diasosiasikan dengan Francesco Totti. Tak pernah terpisahkan. Satu. Totti adalah seorang kapten dan juga pemain kunci klub Ibu Kota Italia ini. Jangan tanyakan loyalitas kapada tim yang dia cintai sedari masih kanak-kanak. Banyak klub-klub besar eropa menginginkannya. Dengan godaan materi dan juga garansi prestasi, Totti masih keukeuh pada kecintaan yang dia yakini sangat murni kepada AS Roma. Real Madrid dan Manchester United juga AC Milan kala itu sangat menginginkan service dari seorang Fantasista macam Totti, banyak gelar juara bisa digenggam olehnya. Tapi, cinta tetaplah cinta. Dia tetap setia.

Tentu, sebagai seorang pesepakbola, usia adalah limit dari segala aktivitasnya. Faktor fisik sudah tentu menjadi penghambat bagi manajemen klub untuk terus menerus memakai jasanya. Di bawah manajemen James Palotta, tarik ulur keinginannya untuk bermain di musim depan masih tanda tanya. Belum keluar kata sepakat. Klub sudah menawarkan jabatan strategis baginya. Tapi, seorang pesepakbola hanya menginginkan terlibat dalam pertandingan, sampai tersiar kabar, dia rela tak perlu dibayar.


Sebuah akhir yang tragis bagi seorang legenda yang mengorbankan apapun untuk klubnya tercinta harus mengemis untuk dapat bermain, meskipun tidak harus selalu main. Karena secara kualitas dan kapasitas kerja, Totti masih layak menjadi pemain inti di Roma. Akurasi, visi, dan skillnya belum terkikis. Tapi apa mau dinyana, manajemen klub punya kacamata lain. Akhirnya, kita menunggu waktu yang berbicara. Namun, jauh dari lubuk hati yang paling dalam, hati teriris rasanya sang legenda diperlakukan seperti itu.

Nah, sebelas duabelas dengan Totti, Fahri Hamzah,meskipun dalam konteks yang berbeda, sudah tersiar kabar didengar, Fahri sudah akan menjadi masa lalu bagi PKS. Masa bulan madu yang begitu panjang dalam usia PKS yang april ini masuk ke 18 tahun.

Fahri mungkin sama halnya dengan kader yang lain, sama sama debu. Tak ada artinya. Tapi tengoklah masa lampau. Apa yang tidak buat Fahri untuk partai yang mungkin dicintainya sepenuh hati, bahkan istrinya pun cemburu akibat aktivitasnya yang begitu padat mengganas. Sampai dikunci dia di dalam kamar oleh istrinya supaya ada waktu untuk keluarga.

Fahri adalah tokoh gerakan mahasiswa pada 1998 yang setara dengan Fadli Zon, Desmon Mahesa, Adian Napitupulu dan juga tokoh lainnya. Bersama mereka menghentikan tirani Soeharto. Kemudian mendeklarasikan secara resmi Partai Keadilan, selanjutnya membersamai PKS dengan menjadi anggota DPR RI. Saat ini, publik mempercayainya menjadi wakil DPR RI. Sebuah capaian yang sangat luar biasa bagi manusia seumurannya di negara ini.

Fahri, berulangkali menjadi corong dan tameng PKS di publik untuk beberapa kasus. Dia korbankan integritas yang dimilikinya untuk partai yang sangat disayanginya ini. Tak perlulah diulas apa yang telah dia lakukan.

Rezim berganti di negara ini, tentu sikap partai yang sekarang memilih menjadi oposisi sedang diuji. Fahri, ternyata, masuk kedalam tokoh yang harus dikarungkan. Terlepas dari segala penilaian, pro dan kontra. Fahri layaknya Totti di AS Roma, dia layak diberikan kehormatan selayaknya.  Sekalipun, dengan kekurangan yang dimilikinya.

Semoga Fahri menemukan jalannya yang lain untuk terus mengabdi kepada Ilahi. Intinya kita ini beribadah. Semoga Fahri diberikan kesabaran dan bermanuver selayaknya seorang petarung.

Merdeka!!!
Forza Roma!!!

(Menjelang Derby Della Capitalle)

No comments:

Post a Comment