Sunday, April 23, 2017

Kerikil Itu Bernama Reklamasi


Reklamasi merupakan salah satu langkah untuk mengembangkan kota Jakarta, sebagai sebuah ibukota, tentu laju perkembangannya relatif sangat cepat, reklamasi adalah jalan keluarnya. Namun, reklamasi justru bertolak belakang dengan rencana bapak Presiden untuk memindahkan ibu kota ke Kalimantan.

Reklamasi ini sebenarnya langkah bagi para pengembang untuk mengakali besarnya harga tanah di daratan. Nilai tanah hasil reklamasi jauh lebih murah ketimbang nilai tanah di daratan. Setelah proyek reklamasi terlaksana, maka dilanjutkan dengan pembangunan properti mulai dari apartemen mewah sampai ke perumahan mewah. Nah di sanalah uangnya. Proyek reklamasi adalah seni teknik sipil tingkat tinggi, sangat menggiurkan. Ribuan Triliun bisa ditangguk.


Namun ekses dari reklamasi sebenarnya mudah untuk dikaji, pertama, merusak ekosistem pesisir pantai, yang mana ada puluhan ribu orang yang langsung menggantungkan hidup kepadanya, yaitu berprofesi sebagai nelayan, kemudian jutaan orang bergantung kepada tangkapan ikan oleh nelayan tersebut, bisa krisis ikan nanti Jakarta. Ikan segar akan susah ditemui, karena mereka harus melaut lebih jauh lagi dari garis pantai. Sehingga untuk mempertahankan kesegaran ikan mereka perlu menambahkan formalin, yang mana formalin ini adalah zat yang bisa menyebabkan potensi kanker bagi yang sering mengkonsumsinya. Sudahlah krisis protein hewani dari ikan, ditambah lagi potensi penyakit yang mengintai.

Kemudian, banjir pun akan lebih sering datang, karena reklamasi akan mempercepat terjadinya pendangkalan disebabkan oleh pengendapan pasir yang terhambat di pintu muara. Bayangkan saja, ada 13 sungai yang bermuara di Jakarta Utara. Secara perlahan, sepanjang aliran sungai akan terjadi pendangkalan sehingga menyebabkan debit air tak tertampung lagi oleh penampang sungai yang sudah dangkal tersebut kemudian potensi banjir akan semakin besar. Hal ini diperparah dengan penurunan permukaan tanah yang  yang disebabkan oleh turunnya muka air tanah di Jakarta.

Reklamasi jelas kebijakan yang tidak mendapatkan respon positif dari sebagian besar warga Jakarta, ini salah hal kecil yang menyebabkan Bapak Basuki Tjahaya Purnama kalah di pilgub baru-baru ini. Simpati kepada kaum nelayan yang terdzalimi oleh reklamasi mengundang bala untuk elektabilitas sang petahana.

Tentu para pengembang ini tak habis pikir dengan tersingkirnya operator lapangan mereka di Jakarta. Mereka masih punya operator lapangan di level pemerintah pusat. Meskipun, Ibu Menteri Susi sudah sejak lama secara tegas menolak reklamasi, justru Bapak Menteri Luhut Panjaitan ngotot melanjutkan reklamasi.

Maka dicarilah alasan, kalau ini reklamasi sudah ada perencanaannya sejak. zaman Soeharto. Padahal perencanaan yang negatif, tidak perlu dilanjutkan. Buat apa? Jelas mudharatnya kok, seperti yang telah dituturkan diatas. Potensi fee keuntungan untuk segolonganlah yang besar. Mungkin ini yang sedang dikejar. Motif ini makin mengemuka, karena kengototan para elit penguasa di sekitar presiden yang semakin ngeri untuk dilihat.

Padahal sudah jelas PTUN memenangkan tuntutan rakyat untuk menghentikan reklamasi pada pulau I, J dan K. Pemerintah Provinsi Jakarta wajib mencabut izin reklamasi yang dikantongi oleh PT. Pembangunan Jaya Ancol. Ini adalah sebuah progress yang positif, namun kembali disebut, kengototan elit untuk mempertahan dan melanjutkan reklamasi ini sangat luar biasa.

Bapak Presiden perlu berhati-hati untuk memainkan kartu ini, kenapa? Karena pilpres sebentar lagi menjelang, 2018 adalah masa masa inkubasinya. Sekalipun untuk skala nasional, reklamasi ini ibaratnya kerikil. Namun ingatlah tuan Presiden, kata orang bijak, bukan gunung yang menyebabkan orang terjatuh, tapi kerikillah yang membuat orang terjerembab.

Jika Bapak Presiden mampu segagah Bapak Sandiaga Uno di debat terakhir pilgub kemaren dalam menolak reklamasi, percayalah, rakyat pasti bersama anda. Semua mungkin akan lupa dengan BBM, Gas dan TDL yang tuan Presiden naikkan kemaren.

Keledai pun tak jatuh ke lubang yang sama Bapak Presiden. Dan reklamasi itu adalah lubang yang menjatuhkan jagoan tim Bapak Presiden di pilgub Jakarta. Hati-hati Bapak Presiden.

No comments:

Post a Comment