Sebelum
kita membahas lebih dalam tentang ASI izinkan saya sedikit menyinggung tentang
seribu hari pertama kehidupan atau SHPK.
Seribu
hari yang dimaksud disini adalah kurang lebih masa 270 hari selama didalam
kandungan dan 730 hari sisanya adalah masa 2 tahun pertama pasca lahir atau
biasanya disingkat BADUTA alias bawah dua tahun.
Kenapa
SHPK menjadi penting? Karena masa-masa tersebut adalah masa-masa terpesat dalam
pertumbuhan dan perkembangan seluruh organ dan sistem tubuh manusia.
Pertumbuhan
dan perkembangan pada masa di dalam kandungan memerlukan asupan gizi dari ibu,
baik yang dikonsumsi ibu maupun yang berasal dari mobilisasi simpanan ibu. Bila
pasokan gizi dari ibu ke janin kurang, janin akan melakukan penyesuaian, karena
janin bersifat plastis (mudah menhyesuaikan diri). Penyesuaian tersebut bisa
melalui pengurangan jumlah sel dan pengecilan ukuran organ dan tubuh yang lebih
kecil, agar sesuai dengan terbatasnya asupan gizi.
Kemudian
setelah lahir dan menjadi bayi, sifat plastisnya masih terbawa hingga ke alam
dunia. Kita tahu bayi adalah makhluk yang paling cepat belajar dan menyesuaikan
diri. Jika dalam masa 2 tahun awal asupan gizinya kurang maka tubuhnya lah yang
akan beradaptasi dengan lingkungannya. Sayangnya dalam masa SHPK jika terjadi
malnutrisi atau kekurangan zat gizi maka efeknya akan bersifat permanen.
artinya bila perbaikan gizi dilakukan setelah melewati kurun seribu pertama
kehidupan,tingkat keberhasilan perbaikannya relatif lebih kecil, sebaliknya
bila dilakukan pada masa SHPK terutama saat didalam kandungan, maka efek
perbaikannya lebih bermakna.
Perubahan
permanen inilah yang menimbulkan masalah jangka panjang. Mereka yang mengalami
kekurangan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan, mempunyai tiga resiko:
- Resiko terjadinya penyakit tidak menular/degeneratif, tergantung organ yang terkena dampaknya. Bila ginjal, maka akan menderita hipertensi dan gangguan ginjal, bila pancreas maka akan beresiko penyakit diabetes tipe 2, bila jantung akan beresiko menderita penyakit jantung, dst;
- Bila otak yang terkena maka akan mengalami hambatan pertumbuhan kognitif, sehingga kurang cerdas dan kompetitif; dan
- Gangguan pertumbuhan tinggi badan, sehingga beresiko pendek/stunting.
Keadaan
ini ternyata tidak hanya bersifat antar-generasi (dari ibu ke anak) tetapi
bersifat trans-generasi (dari nenek ke cucunya).
Menyambung
pembahasan mengenai masa emas dalam SHPK. Salah satu komponen penting yang
menyumbang keberhasilan SHPK diantaranya adalah Air Susu Ibu alias ASI. Golden
liquid yang diciptakan Sang Maha Pencipta sepaket dengan makhluk hidup yang Ia
titipkan di rahim titisan malaikat yang disebut ibu. Jamak kita ketahui bahwa
ASI adalah nutrisi terbaik untuk bayi karena mengandung seluruh zat gizi yang
diperlukan bayi sesuai tahapan usianya.
Namun
dalam perjalanan pemberian ASI seringkali ibu mengalami tantangan dan gangguan
yang dapat menggoyahkan benteng keyakinan untuk memberikan ASI secara optimal
kepada sang buah hati. Diantara faktor penyebab kesulitan menyusui yang terjadi
adalah ibu mengalami stress yang dapat disebabkan karena faktor internal dan
eksternal.
Contoh
gangguan dari faktor eksternal misalnya komentar negatif dari kerabat yang
menjenguk bahwa ASI yang kita berika tidak cukup misalnya karena payudara ibu
tidak terlihat besar. Padahal ukuran payudara umumnya ditentukan oleh jumlah
jaringan lemak dan tidak ada hubungannya dengan produksi ASI. Artinya payudara
besar bukan jaminan dapat menghasilkan ASI yang banyak demikian pula
sebaliknya. Kemudian gangguan lainnya adalah ketika ibu belum bisa mengeluarkan
ASI pada awal hari melahirkan.
Ketika
bayi menangis dikatakan bahwa bayi lapar,padahal bayi yang baru lahir membawa
"bekal" untuk 72 jam atau 3 hari setelah dia lahir sehingga bayi
tidak perlu buru-buru diberikan susu formula. Yang diperlukan oleh ibu dan bayi
ketika ASI belum keluar justru dukungan dari lingkungan agar menstimulus
keluarnya ASI. Perbanyak skin to skin dengan bayi dan biarkan hisapan bayi
merangsang keluarnya ASI. Selain itu dukung ibu baru melahirkan dengan
memberikan makanan atau sekedar memutarkan tayangan dan lagu favouritenya agar
timbul perasaan bahagia yang dapat memicu hormon pendukung produksi dan
distribusi ASI. Hormon prolaktin dan oksitosin merupakan hormon yang berperan
besar dalam kelancaran menyusui, dan kedua hormon tersebut sangat rentan
terhambat bila ibu mengalami stress.
Ditulis
Oleh: Pramitha Sari, S.Gz, Dietisien ,M.H.Kes. (Aktivis KAMMI)
No comments:
Post a Comment