Thursday, May 4, 2017

Pentingnya ASI



Sebelum kita membahas lebih dalam tentang ASI izinkan saya sedikit menyinggung tentang seribu hari pertama kehidupan atau SHPK.


Seribu hari yang dimaksud disini adalah kurang lebih masa 270 hari selama didalam kandungan dan 730 hari sisanya adalah masa 2 tahun pertama pasca lahir atau biasanya disingkat BADUTA alias bawah dua tahun.

Kenapa SHPK menjadi penting? Karena masa-masa tersebut adalah masa-masa terpesat dalam pertumbuhan dan perkembangan seluruh organ dan sistem tubuh manusia.

Pertumbuhan dan perkembangan pada masa di dalam kandungan memerlukan asupan gizi dari ibu, baik yang dikonsumsi ibu maupun yang berasal dari mobilisasi simpanan ibu. Bila pasokan gizi dari ibu ke janin kurang, janin akan melakukan penyesuaian, karena janin bersifat plastis (mudah menhyesuaikan diri). Penyesuaian tersebut bisa melalui pengurangan jumlah sel dan pengecilan ukuran organ dan tubuh yang lebih kecil, agar sesuai dengan terbatasnya asupan gizi.

Kemudian setelah lahir dan menjadi bayi, sifat plastisnya masih terbawa hingga ke alam dunia. Kita tahu bayi adalah makhluk yang paling cepat belajar dan menyesuaikan diri. Jika dalam masa 2 tahun awal asupan gizinya kurang maka tubuhnya lah yang akan beradaptasi dengan lingkungannya. Sayangnya dalam masa SHPK jika terjadi malnutrisi atau kekurangan zat gizi maka efeknya akan bersifat permanen. artinya bila perbaikan gizi dilakukan setelah melewati kurun seribu pertama kehidupan,tingkat keberhasilan perbaikannya relatif lebih kecil, sebaliknya bila dilakukan pada masa SHPK terutama saat didalam kandungan, maka efek perbaikannya lebih bermakna.

Perubahan permanen inilah yang menimbulkan masalah jangka panjang. Mereka yang mengalami kekurangan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan, mempunyai tiga resiko:

  1. Resiko terjadinya penyakit tidak menular/degeneratif, tergantung organ yang terkena dampaknya. Bila ginjal, maka akan menderita hipertensi dan gangguan ginjal, bila pancreas maka akan beresiko penyakit diabetes tipe 2, bila jantung akan beresiko menderita penyakit jantung, dst;
  2. Bila otak yang terkena maka akan mengalami hambatan pertumbuhan kognitif, sehingga kurang cerdas dan kompetitif; dan
  3. Gangguan pertumbuhan tinggi badan, sehingga beresiko pendek/stunting.


Keadaan ini ternyata tidak hanya bersifat antar-generasi (dari ibu ke anak) tetapi bersifat trans-generasi (dari nenek ke cucunya).

Menyambung pembahasan mengenai masa emas dalam SHPK. Salah satu komponen penting yang menyumbang keberhasilan SHPK diantaranya adalah Air Susu Ibu alias ASI. Golden liquid yang diciptakan Sang Maha Pencipta sepaket dengan makhluk hidup yang Ia titipkan di rahim titisan malaikat yang disebut ibu. Jamak kita ketahui bahwa ASI adalah nutrisi terbaik untuk bayi karena mengandung seluruh zat gizi yang diperlukan bayi sesuai tahapan usianya.

Namun dalam perjalanan pemberian ASI seringkali ibu mengalami tantangan dan gangguan yang dapat menggoyahkan benteng keyakinan untuk memberikan ASI secara optimal kepada sang buah hati. Diantara faktor penyebab kesulitan menyusui yang terjadi adalah ibu mengalami stress yang dapat disebabkan karena faktor internal dan eksternal.

Contoh gangguan dari faktor eksternal misalnya komentar negatif dari kerabat yang menjenguk bahwa ASI yang kita berika tidak cukup misalnya karena payudara ibu tidak terlihat besar. Padahal ukuran payudara umumnya ditentukan oleh jumlah jaringan lemak dan tidak ada hubungannya dengan produksi ASI. Artinya payudara besar bukan jaminan dapat menghasilkan ASI yang banyak demikian pula sebaliknya. Kemudian gangguan lainnya adalah ketika ibu belum bisa mengeluarkan ASI pada awal hari melahirkan.

Ketika bayi menangis dikatakan bahwa bayi lapar,padahal bayi yang baru lahir membawa "bekal" untuk 72 jam atau 3 hari setelah dia lahir sehingga bayi tidak perlu buru-buru diberikan susu formula. Yang diperlukan oleh ibu dan bayi ketika ASI belum keluar justru dukungan dari lingkungan agar menstimulus keluarnya ASI. Perbanyak skin to skin dengan bayi dan biarkan hisapan bayi merangsang keluarnya ASI. Selain itu dukung ibu baru melahirkan dengan memberikan makanan atau sekedar memutarkan tayangan dan lagu favouritenya agar timbul perasaan bahagia yang dapat memicu hormon pendukung produksi dan distribusi ASI. Hormon prolaktin dan oksitosin merupakan hormon yang berperan besar dalam kelancaran menyusui, dan kedua hormon tersebut sangat rentan terhambat bila ibu mengalami stress.

Ditulis Oleh: Pramitha Sari, S.Gz, Dietisien ,M.H.Kes. (Aktivis KAMMI)

No comments:

Post a Comment