Monday, May 8, 2017

Awal

HTI hanyalah awal, awal dari pemberangusan gerakan yang kritis terhadap prilaku bejat penguasa, yang berlaku seenaknya. Justru ini sebuah blunder besar bagi Presiden, dan akan dicatat oleh rakyat, bahwa Presiden beserta jajaran jauh dari istilah demokratis.


Justru Suriah hadir bukan karena gejolak rakyatnya, tapi pemeritnahnya yang petantang petenteng menantang rakyat. Jika takut Indonesia menjadi Suriah selanjutnya, ada baiknya pemerintah bijak menyikapi perbedaan.

Apa penting nya? Emangnya dengan dibubarkannya HTI, BBM turun harganya, TDL turun harganya, korupsi berkurang jumlahnya?

Pemerintah hanya mencari cari kerja, dan jauh dari skala prioritas. Sistem yang korup gagal diberantas, jangan yang demo dibubarin, ya perbaiki sistem jalan keluarnya.

Bagi siapapun gerakan Islam yang berbahagia dengan tindakan pemerintah untuk HTI. Ingat saja, moncongnya akan mengarah kepada gerakan anda.

Sejarah kembali berulang, atas nama NKRI, bung Karno membubarkan Masyumi, dan akhirnya, bung Karno menerima bayaran yang setimpal. Mati tanpa penghormatan.

Pak Joko jangan dijejak langkah negatif Bung Karno, justru hal tersebut sangat kontraproduktif. Masih panjang usaha Pak Jokowi untuk menciptakan pemerintahan yang bersih serta mensejahterakan rakyatnya.

Pun kalau sekedar hanya mengalihkan perhatian publik terhadap sidang terhadap Ahok, tidak usah pakai cara seperti ini. Kalau kemaren novel yang kena air keras, sekarang HTI pula yang kena lemang panas. Cobalah belajar kepada orang tua kita masing-masing, ketika kita jatuh tersungkur karena baru pandai berjalan, mereka mengalihkan tangis kita dengan memberikan kue kecil yang enak. Coba sekali-kali pemerintah kasih bonuslah buat rakyat yang tuan suruh kerja, kerja, kerja itu dengan menggratiskan listrik barang agak sebulan, yakinlah, tak muat itu istana negara menerima karangan bunga.

No comments:

Post a Comment