Thursday, March 26, 2015
Meratanya Penyebaran Kaum Muda, Sejahterakan Rakyat
Hampir 70 Tahun tahun sudah negara ini meraih kemerdekaan dari penjajahan negara Asing. Serta hampir 2 dekade reformasi telah berjalan. Namun, sampai hari ini, proses percepatan pemerataan kesejahteraan, kemakmuran dan keadilan terasa sangat lambat. Salah satu penyebab yang dapat kita diagnosa adalah kurang meratanya penyebaran sumber daya manusia berkualitas di daerah-daerah.
Kebanyakan dari pemuda yang telah menyelesaikan pendidikan tinggi memiliki impian besar seperti bekerja di perusahaan besar, dapat gaji besar dan biasanya berhenti di sana saja. Jarang sekali pemuda yang telah diwisuda memiliki visi hidup kebangsaan yang diejawantahkan melalui sebuah tindakan “pulang kampung”. “Pulang kampung” tidak selalu diartikan kembali ke kampung halaman tempat orang tua atau tanah kelahiran. “Pulang Kampung” disini memiliki arti menyebar ke seluruh pelosok negeri ini.
Kedatangan anak muda fresh gradute sangat dinanti-nanti oleh lahan-lahan kosong yang masih sangat banyak di negeri ini. Cobalah sekali-kali pulang kampung dengan bus, bukan dengan pesawat, lihatlah kelapangan negeri ini, mereka siap dijamah dengan intelektualitas anak muda yang berapi-api pantang padam, sangat disayangkan jika semangat profesionalisme anak muda potensial negeri ini hanya digunakan untuk merampok kekayaan ibu pertiwi dengan bekerja dengan perusahaan asing meskipun tidak semua perusahaan asing berbuat lacur seperti itu.
Kebanyakan kita bingung, bertanya-tanya, apa yang mesti kita perbuat setelah sampai di kampung/pelosok negeri? Nah itulah yang mesti kita diskusikan dan mempersiapkan bekal selagi masih ada waktu di ruang akademik yang penuh nilai-nilai idealisme.
Pertama, negeri ini adalah negeri dengan potensi pertanian, perkebunan dan kelautan yang sangat luar biasa. Sayang, semuanya tidak dapat dimaksimalkan. Kenapa? Karena pengelolanya memiliki pendidikan rendah, sehingga daya imajinasi, kreasi, inovasi kemampuan membuat jaringan sangat rendah, kemampuan memanage hasil bumi sangat rendah sehingga sering dikibulin para tengkulak, satuhal yang sangat sederhana, kebanyakan petani tak bisa menggunakan komputer untuk membuat proposal yang digunakan untuk mengakses dana untuk keberlanjutan masa depan mereka. Lalu kita bertanya, dari mana kita mulai masuk? Silahkan ambil inisiasi sendiri. Tak perlu harus lulusan dari pertanian untuk berkonstribusi di bagian ini, sederhananya, dengan menyumbang 35 ribu saja, kita bisa membelikan bibit palawija dan buah-buahan, cukup itu saja. Kalau tak mampu, buat apa punya banyak kawan waktu semasa kuliah, buat apa punya banyak dosen yang memberi kuliah selama di kampus, buat apa punya banyak senior? Sekedar informasi, sebenarnya pemerintah telah punya program Sarjana Membangun Desa, sangat disayangkan jika program ini tidak disikat habis oleh anak muda yang ideologis atau yang pernah bersentuhan dengan dunia “demo-demoan”
Kedua, mendaftarlah menjadi PNS di pemda setempat, baik itu guru atau pilihan lainnya. Kita sadar betul, birokrasi negeri ini sangat bobrok, mau didemo berapa kali pun tetap saja bebal dan pekak, ambillah keputusan besar dengan melakukan agenda infiltrasi, perjuangan di sini sangatlah berat, apalagi di daerah-daerah, birokratnya super korup, apalagi dengan adanya otonomi daerah yang menjadikan kepala daerah layaknya raja-raja kecil. Siap-siap saja untuk dimutasi, tapi itu bukanlah masalah karena semakin besar perjuangan, semakin banyak pengorbanan, semakin banyak pahala dan kemaslahatan yang di dapat.
Ketiga, bagi yang mau berkonstribusi di bagian kepemimpinan, silahkan ikuti pemilu di seluruh tingkatan, mulai dari tingkat RW sampai Gubernur. Silahkan bergabung dengan kelompok-kelompok masyarakat yang menginginkan perubahan besar untuk negeri ini. Di sinilah ego harus berdamai dengan kemaslahatan orang banyak. Kita buktikan bahwa pemuda mampu menjadi pemimpin yang sanggup mengakselerasi kesejahteraan, kemakmuran dan keadilan di negeri ini. Saatnya kepemimpinan kaum muda kembali digaungkan, dimulai dari menjadi ketua RW. Tak perlu minder, yang terpenting adalah kebermamfaatan keberadaan kita. Mulailah hal yang besar dari hal yang kecil. Jalan tol yang panjangnya beratus-ratus kilo dimulai dari setitik aspal, sebutir pasir.
Keempat dan selanjutnya ada dibenak kita masing-masing.
Kita harus yakin, kembalinya kita ke kampung membawa kemaslahatan, karena dari sinilah kita mulai segalanya, keyakinan. Semakin banyak putra bangsa yang berpendidikan tinggi terjun ke pelosok negeri, semakin besar akselerasi negeri ini menuju hal yang lebih baik. Tulisan ini tidak mengharamkan kawan-kawan sekalian untuk menjadi anak buahnya Chevron, Exxon, dan perusahaan asing lainnya.
Sebuah pesan dari seorang kawan, Kejarlah jabatan fungsional daripada mengemis-ngemis dan menjilat untuk mendapatkan jabatan struktural. Jangan pernah menyesal dikemudian hari, karena sudah bukan lagi jadi pemain utama di rumah sendiri, karena telah digusur oleh orang lain.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment